Burung Kutilang Burungku Malang

Dulu sewaktu belum tahu kalo ada beberapa dari suara kutilang yang dihindari oleh para penghobiis burung lomba, saya pernah miara burung jenis ini sampe puluhan ekor, dibiarkan bergerombol dalam satu kandang kawat besar di pohon jambu air di samping rumah. Di kampungku dulu burung kutilang merupakan burung yang melimpah jumlahnya, disamping musuh petani si burung Emprit pemakan padi. Kebanyakan dari burung-burung kutilang yang saya piara adalah dari hasil menembak dan perangkap lem, dengan menembak biasanya hanya ujung sayapnya saja yang saya kenai, jadi masih bisa hidup walopun ada sedikit cidera tapi tetap bisa terbang dan kelihatan normal, untuk mengobati luka tembaknya saya menggunakan salep dari kelapa yang dibakar sampe hangus. Kutilang liar biasanya tidak memiliki banyak variasi suara, lebih sering membunyikan suara alaminya saja, baik yang kulik kulik kulik.. totilang totilang.. plicino plicino.. ataupun brebetan kasarnya. Kecuali yang sudah lama dipelihara, ia akan memperdengarkan kriwikan dan kicauan merdunya walopun suara alaminya masih akan sering terdengar. Meski boros pakan tapi ramai juga waktu itu, apalagi kalo pas siang hari mereka pada berlomba-lomba teriak dan buka sayap.

Indahnya Love Bird

Siang itu ketika punggung kusandarkan di atas kursi bambu reot di kios burung langganan, sambil sesekali kukepulkan asap rokok membentuk hati, pandanganku menyapu ke kanan ke kiri diantara kandang burung dengan berbagai ukuran saling bergelanyut sedikit bergoyang karena penghuninya naik turun tangkringan, tiba-tiba pandanganku terhenti pada sebuah kandang besi bulet warna ijo berpenghuni burung indah, berwarna kuning kehijauan, kepalanya merah kehitaman, paruhnya bengkok, nyerecet sambil merambat-rambat di jeruji kandangnya. Kuberanjak bangkit dari sandaranku mendekati burung tersebut, tiba-tiba dikagetkan oleh suara penjaga kiosnya "ntu Love Bird mas, kalo mau 850ribu aja, belum sempat jawab, penjaga kios dah nyrecet jelasin semua-muanya tentang burung tersebut, yang katanya suaranya juga baguslah, bisa buat isian, bisa di isi, udah ada kelas lombanya, bla bla bla... mungkin dia pikir aku belum tau siapa itu love bird, tapi takut menyinggung perasaannya akhirnya kudengarkan cerita-ceritanya, aku masih belum tertarik ngadopsi Love Bird karena disamping kocekku tidak cukup, momongan di rumah juga udah kebanyakan, tapi ketika si penjaga kios memberikan uang kembalian sambil cerita bahwa Love Bird juga gampang diternak, saya mulai agak tertarik dengan ceritanya dan akhirnya aku kembali ke kursi bambu reotnya lagi mengepulkan asap berbentuk kotak, sambil mendengarkan cerita si penjaga kios.

Cintaku Bersemi di Balik Jeruji Kandang #part 10

Ketika Sogon membuka matanya, ia justru melihat Kacer mulai sadarkan diri, berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya ke rimbunan daun yang t...