Gara-gara Krismon 1998, Sekarang saya jadi sulit mendapatkan ikan di sungai ini

Dulu ketika saya masih kecil, mau mancing jenis ikan air tawar apa saja sepertinya ada di sungai ini, namun sekarang nyari spot yang dalam saja susah banget, spot yang dulu terkenal sangat dalam, walaupun pada saat musim kemarau panjang sekalipun, kini baru dua bulan tidak hujan saja spot tersebut tinggal gundukan tanah dengan sedikit genangan air dangkal. Mungkin ini salah satu efek dari krisis ekonomi tahun 1997/1998, baru beberapa tahun belakangan ini terlihat sangat jelas imbasnya.

Saya ceritakan dulu ya awal mulanya, ceritanya begini $#%!#!^!()!!!%!!. Nah, begitulah ceritanya.. sungguh menyedihkan ya .. :D :D

Begini bre.. Dulu sebelum tahun 1997, di kampung ku ini tepatnya di pinggiran desa, terdapat hutan pinus dan hutan jati ribuan hektar luasnya. Ada dua sungai besar yang dikenal masyarakat dengan nama Sungai Lor dan Sungai Kidul, sungai Lor mengalir melintasi pinggiran desa, sementara sungai kidul mengalir berkelak kelok membelah hutan pinus dan hutan jati.

Kedua aliran sungai ini bertemu pada suatu titik yang dinamakan kedung sawangan, diantara kedung yang lain, sepertinya kedung inilah yang memiliki kedalaman air yang paling dalam. Kedung Legend :D karena seluruh warga masyarakat di desaku ini pasti mengenal nama kedung sawangan ini.

Sebuah kedung dengan pohon LO (# yang buah dan isinya mirip buah ara, tapi ga enak dimakan) sangat besar tumbuh di pinggir sungai dengan batang yang tumbuh melengkung ke tengah aliran sungai, menghabiskan seperempat luas sungai.

Ketika masih muda dulu (#sekarang udah tua :D :D ) kedua sungai ini selalu memiliki perbedaan debit dan warna air, sungai kidul lah yang selalu memiliki debit air paling besar.

Memancing menjadi salah satu kegiatan yang sangat mengasyikan waktu itu, ikan berbagai jenis dan ukuran sering saya dapatkan, walaupun hanya menggunakan joran yang terbuat dari serutan bambu, terkadang ujung joran sengaja dibuat kecil agar sensasi tarikan ikan menjadi lebih berasa, walaupun tidak jarang yang patah jika mendapatkan ikan dengan ukuran yang besar

Karena saya sedang menceritakan masa lalu, maka saya pasti akan sering mengatakan DULU :D

Dulu... :D Sungai kidul memiliki banyak anak sungai atau kalen, sebutan bagi orang jawa, yang mengalir dari dalam hutan dengan aliran air yang sangat bening dan sejuk. Pernah karena penasaran dengan hulu dari anak sungai ini, saya dan beberapa teman saya ketika belum lama lulus SD, menyusuri sungai kecil tersebut ke dalam hutan, mencoba mencari tahu ujung atau hulu sungai kecil tersebut

Kebetulan waktu itu kami sedang demam dengan istilah PA atau Pecinta Alam, menurut cerita dari senior, waktu itu (menggantikan kata dulu :D ) bahwa pecinta Alam merupakan kegiatan yang mengasyikan, suatu kegiatan yang bergerak di bidang petualangan alam bebas, salah satunya ekspedisi ke hutan belantara, susur sungai atau susur pantai

Nah, dari situlah, kami memiliki obsesi untuk menjadi seorang pecinta alam :D kamipun mulai dengan ekspedisi menyusuri sungai kecil blusukan ke dalam hutan, walaupun kami belum memiliki bekal keahlian khusus dan tidak mengerti bagaimana caranya menghadapi masalah yang semisal terjadi ketika kami masuk ke dalam hutan, hanya bermodalkan nekat dan penasaran saja

Tapi beruntung kami masih hidup sampai sekarang, artinya waktu itu (menggantikan kata dulu :D ) tidak terjadi hal-hal yang membahayakan

Ketika menyusuri sungai kecil yang masuk ke dalam hutan tersebut, tidak jarang kami menemui beberapa kejadian yang membuat kami ingin berlari kembali ke arah hilir sungai atau balik kabur, seperti ketika melihat bonggol kayu jati yang dikira kepala buaya karena nimbul di permukaan air, melihat batu bisa bergerak sendiri padahal labi-labi, dan teror rombongan burung cokelat mirip cerucuk, dengan suara keras dan berisik

Rombongan burung tersebut terus berteriak-teriak diranting pohon jati dan semak perdu, mengikuti setiap pergerakan kami, seperti mengawal kami dari pinggir sungai, suara semakin berisik ketika koloni burung tersebut kami lempar batu

Ketika kami berhenti di tempat yang agak luas dengan aliran air yang sangat dangkal dan dipenuhi batu-batu cadas berbagai bentuk, suara burung bukannya berhenti, malah semakin keras berteriak.

Kami saling menatap satu sama lain, sama-sama merasa aneh dan merinding, kenapa burung ini selalu berbunyi keras di sekitar kita, ternyata kami sepemikiran, kami sama-sama berfikir bahwa jangan-jangan ini burung sedang memberi pertanda agar kita berhenti untuk tidak melanjutkan perjalanan

Satu kejadian aneh tiba-tiba terjadi, seketika gerombolan burung tersebut berhenti bersuara kemudian berhamburan kabur membubarkan diri, ketika ada daun jati kering jatuh melayang-layang di dekat kami, entahlah dikira mereka apa daun jati kering ini :D :D .

Rupanya mereka takut dengan daun jati kering :D kamipun tertawa lega, dan kembali melanjutkan perjalanan setelah bercengkerama dengan air cetek dan batu

Berawal dari kejadian-kejadian tersebut, kami mulai memiliki ide untuk menghindari tempat yang memiliki kedalaman air yang dalam, yakni dengan naik dan berjalan menyusuri pinggiran sungai, kadang berjalan melintang cukup jauh ketika medan tidak bisa di lalui kemudian kembali lagi ke sungai, begitu seterusnya, sampai lebar sungai ini semakin menyempit.

Setelah melalui perjalanan yang dingin dan melelahkan akhirnya ekspedisi karena rasa penasaran kami akan ujung kalen atau anak sungai yang menembus ke dalam hutan terbayarlah sudah, kami berhasil menemukan bagian ujung hilir anak sungai tersebut, titik dimana air pertama kali ini mengalir, ternyata sebuah mata air tidak terlalu besar, mengalir membentuk grojogan (seperti air terjun tapi tidak terlalu tinggi)

Kami pulang dengan sama-sama membawa rasa ingin tau kenapa mata air yang tidak terlalu besar tersebut bisa menghasilkan air yang sangat banyak hingga membentuk aliran anak sungai, dalam perjalanan pulang kami baru menyadari ternyata di pinggir2 sungai juga terdapat banyak mata air

Jadi tidak hanya mata air utama saja yang mengalirkan air, ia dibantu oleh banyak mata air disepanjang aliran anak sungai ini, sehingga membentuk aliran sungai yang cukup deras

bersambung

No comments:

Cintaku Bersemi di Balik Jeruji Kandang #part 10

Ketika Sogon membuka matanya, ia justru melihat Kacer mulai sadarkan diri, berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya ke rimbunan daun yang t...