Budidaya Jangkrik

Dulu Jangkrik merupakan binatang yang biasa menjadi mainan anak-anak seperti dulu waktu saya masih kecil, sering mengadu binatang ini baik diadu suaranya maupun diadu biar berantem, tapi dengan catatan pilih yang jantan, untuk mendapatkannya tak semudah seperti sekarang, ampir disetiap kios pakan burung pasti menyediakan binatang ini, beda dulu waktu masih kecil untuk mencari binatang ini biar dapet yang berkualitas kita harus ke sawah malem-malem mencari asal suara sambil bawa senter. Namun demikian, jangkrik dapat pula dibudidayakan sebagai usaha yang menguntungkan untuk menambah pendapatan keluarga atau hanya sekedar untuk menyediakan EF untuk burung kicauan di rumah.

Kegunaan jangkrik sangat banyak antara lain sebagai pakan burung, pengganti tepung ikan dalam pakan ayam dan sebagai pakan ikan seperti arwana. Peluang usaha dalam bidang jangkrik masih terbuka secara luas, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri tetapi juga memenuhi kebutuhan pasar di luar negeri seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Bahkan Filipina dan Malaysia ternyata membutuhkan jangkrik dari Indonesia.

Jangkrik yang dipasarkan pada umumnya mulai yang belum tumbuh bulu sayapnya atau disebut clondo sampai dengan jangkrik dewasa yang telah mempunyai sayap. Walaupun telah ada beberapa peternak yang membudidayakan jangkrik, namun pada hari-hari tertentu, biasanya hari Sabtu atau Minggu, kebutuhan akan jangkrik meningkat sedangkan persediaan jangkrik terbatas, sehingga konsumen harus datang lebih pagi guna mendapatkan jangkrik untuk pakan binatang piaraannya. Jangkrik termasuk bangsa serangga bersayap lurus, tergolong kelas insecta (serangga). Jangkrik hidup di bawah rerumputan kering, di balik bebatuan dan di bawah bongkahan tanah. Jangkrik mempunyai siklus hidup yang tidak begitu panjang, tumbuh dan berkembang di iklim basah.

Untuk melaksanakan kegiatan budidaya jangkrik tidak memerlukan persyaratan yang rumit, sejumlah biaya yang besar, tempat yang luas, serta pengetahuan yang tinggi. Yang diperlukan hanyalah modal kesabaran dan ketelatenan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam beternak jangkrik ialah sebagai berikut:

a. Ada dua alternatif yang dapat dipilih. Bagi peternak pemula dalam beternak jangkrik, yaitu dengan penetasan telur dan mengembangbiakkan melalui perkawinan induk pejantan untuk mendapatkan telur. Telur dapat juga diperoleh dari peternak jangkrik. Jangkrik sebenarnya ada banyak jenisnya, berikut adalah gambar jangkrik jantan dan betina yang biasa diternak:

b. Metode penetasan telur jangkrik ada beberapa cara: 1.Dengan memakai kain kaos. Telur ditaruh pada kain kaos dan disemprot air dengan memakai sprayer. Usahakan air jangan sampai mengenai telur. Jarak penyemprotan kurang lebih satu lengan. Setelah disemprot, kemudian kain dilipat dalam empat lipatan. Selanjutnya ditaruh pada stoples plastik yang telah dibersihkan. Pada bagian atas diberi penutup dengan ventilasi decukupnya. Kelembapan udara di dalam stoples selalu dikontrol agar tidak terlaulu basah atau terlalu kering. Jika terlalu basah, akan memudahkan tumbuhnya jamur yang dapat merusak telur. Sebaliknya, apabila kelembapan udara di dalam stoples terlalu kering, telur tersebut menjadi gabuk, dan embrio tidak kuat memecah kulit telur tersebut, akibatnya bibit mati sebelum menetas. Telur jangkrik akan menetas sekitas 5-6 hari.

2.Dengan cara memakai media pasir yang sudah dilembapkan. Pasir yang sudah disterilkan dengan dijemur atau digoreng untuk mematikan hama yang mungkin terbawa dalam pasir. Selanjutnya pasir dibiarkan mendingin dengan sendirinya dan disemprot air dengan menggunakan sprayer agar lembap dan basah. Tuangkan pasir tersebut pada loyang atau tempat lain dengan ketebalan pasir sekitar dua sentimeter. Kemudian telur ditaburkan di atas pasir, setelah itu ditutup dengan pasir dengan ketebalan setengah sentimeter.

3.Setelah telur menetas menjadi nimfa clindo kecil, letakkan di ember plastik dan bagian atas diberi lakban agar clondo tidak keluar. Pada usia 7-10 hari, clondo dipindahkan dan diberi pakan misalnya gambas yang dipotong tipis-tipis dan makanan tambahan seperti pur 511 atau 521. atau tepung ramuan yang terdiri dari kacang hijau, kedelai, beras mentah, beras jagung, tepung ikan, yang digoreng sangrai (tidak menggunakan minyak) dan dihaluskan. Untuk nimfa yang usianya antara 20 sampai dengan 30 hari, menu pakannya ditambah dengan daun krokot, dan singkong, daun kacang, daun klobot, daun jagung muda, dan ubi atau wortel. Pada usia menjelang panen atau 30-40 hari diberikan jagung muda sebagai makanan tambahan. Untuk mempercepat pertumbuhan jangkrik, ditambahkan multivitamin.

4.Media kombong jangkrik. Kandang jangkrik terdiri dari beberapa ukuran, antara lain ukuran kecil yaitu 80x 120x30 cm, yang pada salah satu sisinya terbuat dari kawat kasa, bisa menampung untuk satu sendok telur. Sedangkan kandang besar biasanya berukuran 90x180x30 cm, yang bisa menampung dua sendok telur. Pada kandang yang terbuat dari triplek baru, hendaknya pada sisi dalam dilapisi dengan tanah yang berfungsi sebagai pelapis terhadap bahan kimia pada lem triplek, sekaligus memberi kesan seperti lingkungan alami bagi jangkrik.

5. Media persembunyian. Karena jangkrik termasuk binatang kanibal/bisa memangsa binatang sejenisnya, maka tempat persembunyian harus dibuat dengan cara mengeringkan daun klaras, daun jati, daun ilalang, jerami atau daun sukun yang sudah dikeringkan dan disterilkan. Selanjutnya daun digulung kecil, semacam lorong, sehingga dapat digunakan sebagai tempat persembunyian.

Jangkrik sangat rentan terhadap penyakit seperti jamur, baik jamur dari kotoran jangkrik tersebut/sisa pakan seperti sayuran yang membusuk, terlebih jauhkan dari jangkauan Semut... Selamat berbudidaya....

Cintaku Bersemi di Balik Jeruji Kandang #part 10

Ketika Sogon membuka matanya, ia justru melihat Kacer mulai sadarkan diri, berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya ke rimbunan daun yang t...