Kisah Burung Prenjak dan Kedasih

Siang hari ketika cuaca lagi panas-panasnya nampak sepasang burung prenjak sedang asyik memadu kasih di pelepah pohon singkong di bawah rerimbunan pohon kecapi. Prenjak jantan dengan penuh kasih sayang membelai bulu-bulu leher betinanya, begitu juga sebaliknya sesekali betinanyapun membersihkan sisa-sisa kapuk pada sayap sang jantan. "Honey.." begitu si jantan memangggil betinanya, “Sarang hangat sudah abang selesaikan, Aku pengin kita nanti punya 4 anak, bagaimana honey.. apakah kamu bersedia?'' “ Untuk kelahiran pertama lebih baik dua saja bang.. aku masih takut.. lagian cuaca juga lagi seperti ini, aku takut nanti kita kerepotan mencarikan makan untuk anak-anak kita” “ betul juga honey.. baiklah kalo memang seperti itu maumu.."

Tiga minggu berjalan... dengan nada sumringah prenjak betina berseru sambil terbang menghampiri prenjak jantan yang sedang mematuk-matuk ulat di ranting kecapi.

"Bang.. aku udah melahirkan telur kita yang kedua"
"Oya.. kenapa kamu tadi tidak meminta aku untuk menungguimu?"
" Gapapa bang.. aku baik-baik saja.. lagian ini kan kelahiran yang kedua, aku sudah tidak begitu takut"
"Kamu baik-baik saja kan honey.."
"Gapapa bang.. aku baik-baik saja, hanya sedikit merasa haus dan laper"
"Ini ada ulat.. makanlah agar tenagamu pulih kembali, .. kalo kamu haus, nanti kita sama-sama ambil minum di sungai sana”
“ Terima kasih bang.. “

Setelah betina menghabiskan ulatnya mereka terbang menuju ke pinggiran sungai, hinggap di bongkahan batu, sambil saling mengawasi dan bergantian mengambil minum.. setelah puas minum, sang jantan mengajak kembali ke sarang untuk melihat calon anaknya yang kedua, seperti tidak sabar sang jantan langsung mengepakan sayapnya meninggalkan betinanya yang masih membersihkan paruhnya.

Sesampainya di sarang, sang jantan kaget dan merasa ada sesuatu yang aneh, dengan mata menyergit dia berkata dalam hati 'kenapa calon anakku yang kedua besar sekali..' merasa curiga dan penasaran prenjak jantan langsung berteriak memanggil si betina

"Honey.. kesini sebentar!! kenapa telur kita yang kedua lebih besar.."
merasa kurang jelas apa yang dikatakan sang jantan, si betinapun terbang mendekat..
"bagaimana bang?"
" Lihat!! telur kita.. kenapa bisa lebih besar.. warnanyapun berbeda, itu bukan telur kita.. kamu pasti selingkuh"
 "Tidak bang.. bagaimana mungkin aku selingkuh, kita setiap saat selalu bersama"
" Kamu pasti bohong!! bisa saja kamu melakukan itu.. siapa tahu ketika aku tertidur atau ketika aku sedang mengejar belalang"
 " Sejahat itukah pikiranmu bang.. aku tak akan melakukan hal bodoh seperti yang abang pikirkan"
 "Terus.. kalo kamu tidak melakukan, telur siapa ini, memangnya ada jin yang membuang telur di sarang kita?!"
 " Aku juga tidak tahu bang.. tadi setelah aku melahirkannya, aku lihat sama persis dengan telur kita yang pertama, lagian bang.. bagaimana mungkin aku bisa melahirkan telur sebesar itu, bahkan lebih besar daripada perutku"
 " Bisa saja kamu panggil dokter bedah untuk operasi sesar.. pantas saja kamu tidak meminta aku untuk menungguimu"
 " percayalah bang.. aku tidak melakukan seperti apa yang abang pikirkan"
 "Aku masih belum mempercayaimu.. sebaiknya kita ke tempat Ibu, kita bicarakan ini di sana, dan awas!! kalo nanti kamu terbukti selingkuh.. aku tidak segan-segan menceraikan kamu"
 "Baiklah bang.. aku pasrah, terserah apa yang abang inginkan"

Tanpa menunggu lama mereka berduapun bergegas terbang menuju tempat ibu mereka, setelah bertemu ibunya, mereka langsung menceritakan apa yang sedang terjadi, prenjak jantan dengan nada tinggi seperti sedang marah menceritakan apa yang baru dialaminya tanpa memberi kesempatan si betina untuk memberi penjelasan.

Sementara si Betina kalut dengan kesedihannya dan hanya tertunduk menangis. Karena merasa bingung dan cemas akan masa depan rumah tangga anaknya, si Ibu hanya melerai dan menyarankan mereka untuk bercerita saja kepada kakek, barangkali kakek bisa menyelesaikan permasalahannya...

Namun tanpa diduga ternyata sang kakek sudah datang , dan bertengger tepat di atas mereka.
"Kalian tidak usah ke tempatku, aku sudah mendengar dan tahu masalah kalian"
mendengar suara kakek, dengan berlinang air mata si betina langsung terbang ke arah sang kakek, memeluk kakek sambil menangis tersedu-sedu,

 "Sudahlah cu.. kamu tidak usah bersedih" suara serak sang kakek sambil mengusap kepala si betina.
Jantan.. apa yang kamu pikirkan tidaklah benar.. kamu harus percaya apa yang dikatakan betina"

Dengan suara pelan karena rasa hormatnya pada kakek sang jantan menyahut " Apa Maksud kakek ??" "Iya, semua yang dikatakan Betina istrimu, itu benar. dia tidaklah selingkuh. Tadi sebenarnya kakek main ke tempatmu, tapi kalian tidak di tempat, tak sengaja kakek mampir tempat Ibumu ternyata kalian di sini"
" Aku masih belum paham maksud kakek.. kalo memang Betina tidak selingkuh, kenapa bisa telurnya sebesar itu dan berbeda dengan yang pertama"
" Itu yang akan Kakek jelaskan kepada kalian, tadi kakek sudah masuk ke sarang kalian, kakek melihat dua telur yang berbeda, sebenarnya yang besar itu memang bukan calon anak kalian"
 "Lalu anak siapa" sahut Jantan dan Betina bersamaan

 "Yang besar sebenarnya anak Kedasih, jenis burung yang tidak bisa membuat sarang dan mengerami telurnya sendiri, dia hanya pandai membuat telur, tapi tidak bisa menetaskannya, maka dari itu dia menitipkan telurnya ke sarang kalian manakala kalian lengah"
" Lalu dimana calon anak kami yang ke dua?"
" Anak kalian yang kedua telah dibuang oleh Kedasih"
" Kurang ajar!!! aku akan membuat perhitungan dengan Kedasih" geram sang Jantan sambil mengepalkan sayapnya.
" Jangan Cucuku.. Kedasih terlalu besar dan kuat daripadamu"
" Lantas, apa yang akan kami lakukan dengan telurnya, apakah kita buang saja"
 " Jangan cucuku.. rawatlah dia seperti kamu merawat anakmu sendiri"
" tapi..." " Hari sudah sore, pulanglah kalian ke sarang kalian, ingat pesan kakek.. rawatlah telur itu seperti kamu merawat anak kalian sendiri"
 “tapi..” “Sudahlah nak.. pulanglah sana.. ingat pesan kakek, bagaimanapun juga itu yang terbaik buat kalian, berdoa saja semoga semua baik-baik saja” tukas ibu sambil memeluk prenjak betina.
“Baiklah, kalo memang itu yang terbaik, kami akan rawat calon anak itu”

Setelah berpamitan, Prenjak Jantan dan Betinapun pergi meninggalkan Ibu dan Kakeknya menuju ke sarang, sesampai di sarang Prenjak jantan masih terdiam, mengetahui situasi tidak nyaman prenjak betina mencoba mencairkan suasana

“ Bang, abang masih kecewa ya sama aku”
“Tidak honey.. aku hanya bingung jika anak kita menetas nanti, dan juga dengan bayi kedasih ini, tubuhnya pasti akan jauh lebih besar dari anak kita, aku takut nanti anak kita diapa-apakan”
“Tidak usah khawatir bang, selagi kita sama-sama mengasihinya dan memperlakukannya sama, pasti tidak akan terjadi sesuatu”
“ Semoga saja begitu honey.. ayo kita tidur, hari sudah mulai gelap”

Keesokan harinya seperti biasa prenjak jantan sudah bangun dan keluar sarang terlebih dahulu, mencari belalang dan ulat untuk sarapan berdua, setelah terbangun dan mengetahui prenjak jantan suaminya tidak disisinya prenjak betinapun keluar sarang dan menyusul prenjak jantan di tempat biasanya.

“Honey.. kemarilah, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu..”
 “Terima kasih bang, tapi aku belum lapar..”
“ Sudahlah makan saja dulu, nanti kamu sakit, setelah kamu makan.. bagaimana kalo kita mengerami telur kita, aku sudah tidak sabar ingin melihat bayi kita”
“ Baiklah bang.. “

Prenjak jantan dan betinapun mengerami telurnya bergantian, hingga tibalah saat yang dinanti-nantikan prenjak jantan, bayi merekapun menetas.

 “Honey.. anak kita sudah keluar.. ternyata laki-laki, tapi kenapa kedasih belum keluar”
“Mungkin butuh beberapa hari lagi bang “ sahut prenjak betina sambil mematuk-matuk telur kedasih.

Agar tidak diketahui predator dan manusia Prenjak jantan mengambil cangkang telurnya dan membawanya terbang jauh dari sarang. Beberapa hari setelah kelahiran anak pertama mereka, bayi kedasihpun keluar dari cangkang, dan benar saja ukuran tubuhnya hampir empat kali tubuh bayi prenjak, dua minggu berjalan anak-anak mereka beranjak tumbuh, keluar rebung-rebung bakal bulu, prenjak jantan nampak kelelahan mencarikan makan untuk prenjak betina dan anak-anaknya.

 “Honey.. abang cape kalo harus memberi makan bayi kedasih.. dia sangat rakus, jatah untuk anak kitapun sering diserobotnya”
 “ Sudahlah bang.. abang tidak usah mengeluh, kita terima ini dengan sabar”
“ Honey.. aku kagun denganmu.. kamu memang istri yang baik” sahut sang jantan sambil memeluk prenjak betina istrinya.

Satu bulan berlalu anak prenjak dan kedasih mulai mencoba belajar keluar sarang, hingga terjadi suatu kejadian ketika mereka berdua sedang bercanda dipintu sarang , tanpa disengaja pantat kedasih mendorong tubuh mungil prenjak hingga akhirnya bayi prenjakpun jatuh keluar sarang.

Mengetahui saudaranya terjatuh, kedasihpun berteriak memanggil ayah dan ibu prenjak.
 “ Ayaaaaaaaaaahh.. Ibuuuuuuuuuu.. Penjak jatoooooooooh” Mendengar teriakan Kedasih Prenjak jantan dan betina langsung terbang menuju kesarang.
 “Ada apa Dasih.. mana Penjak kakakmu?”
 “Penjak jatuh, tadi Dasih tidak sengaja mendorong Penjak”
 “ Apah!!” teriak jantan dan betina yang dengan segera terbang turun ke tanah sambil memanggil-manggil Penjak..

Beberapa jam berlalu namun mereka tak kunjung juga menemukan Penjak anaknya, hingga akhirnya
“ Baaaaaaaaang.. liat Penjak anak kita” teriak betina histeris melihat Penjak anaknya telah dikerubutin semut,

Sang jantan segera terbang manuver dan hovering di atas tubuh Penjak berusaha mengambil tubuh Penjak, namun selalu gagal karena berat tubuh Penjak dan serangan-serangan semut. Merasa putus asa akhirnya Prenjak jantan mengajak prenjak betina istrinya untuk meninggalkan Penjak saja.

“Sudah, biarlah honey.. kita ikhlaskan saja Penjak..“ Jantan berkata lirih terbang meninggalkan Penjak sambil menggandeng Betina istrinya
 “ Kedasih!!!! Bapak tidak mengerti apa maksudmu.. kamu sungguh tega dengan Penjak Kakakmu!!” “Ayah.. Ibuu maafin Kedasih.. Kedasih tidak sengaja mendorong Penjak”
“ Alasan kamu.. kamu pasti sengaja membunuh Penjak biar kamu dapat makan lebih banyak dan tidak lagi berbagi dengan Penjak.. dasar rakuss!!”
“Tidak ayah, Kedasih benar-benar tidak sengaja”
 “ Sudahlah bang.. kasian Kedasih..” Prenjak betina berusaha meredam amarah Jantan suaminya sambil memeluk Kedasih.
“ Anak setannn.. pembawa siaal!! Awas kamu Kedasih.. aku tidak akan memberi kamu makan”
“ Bang!!! Ingat pesan kakek”
 “Bersetan dengan pesan Kakek” teriak Prenjak jantan sambil terbang meninggalkan Prenjak betina dan Kedasih.

Keesokan harinya di tempat biasanya..

“ Semalam kamu tidak pulang bang.. tidur di mana, sudahlah bang.. bagaimanapun juga Kedasih juga anak kita, kita yang telah mengeraminya”
 “ Iya honey.. semalaman abang sudah merenung, abang ingat pesan-pesan Kakek dan Ibu.. abang janji, abang akan mengurus Kedasih sampai besar dan memperlakukan Kedasih seperti anak kita”
 “ Iya bang... Abang tidak usah khawatir, aku akan membantu abang mencarikan makan untuk Kedasih anak kita, baiknya abang segera temui Kedasih, jangan buat dia terus-terusan merasa bersalah, kasihan dia bang, semalaman juga terus-terusan menangis memanggil Penjak dan minta maaf, saya ikut sedih bang”
 “ Abang juga sebenernya merasa kasihan dengan Kedasih, kemarin Abang hanya emosi”
 “Iya bang.. saya tahu, cepatlah sana temui Kedasih, hiburlah dia”
 “Baiklah honey.. abang akan temui dia dan minta maaf atas kekasaran abang” Prenjak betina hanya tersenyum sambil mendorong Prenjak Jantan untuk segera terbang menemui Kedasih.

“Honeeeeeeeeeeeeyyyyy!!!”

Mendengar teriakan Jantan suaminya, Betina bergegas terbang menuju sarang,

 “Ada apa bang?”
 “Honey.. Kedasih tidak ada”

Melihat kedasih tidak ada Betina langsung terbang mengitari sarang

“ Kedasiiiiiiiihh.. dasiiiiiiiiiiiiihh” teriak betina sambil terus terbang mengitari sarang
“ Ayo bang kita cari Kedasih sebelum terlambat”

Dasiiiiiiiiiiiiihhhh, kedasiiiiiiiiiiiiiiiih begitu teriakan Jantan dan Betina memanggil-manggil kedasih anaknya sambil terbang di sekitar sarang, namun apa yang mereka lakukan tak membuahkan hasil, tak ada sahutan dan suara apa-apa selain teriakan mereka berdua saja yang terdengar.

Sementara itu dibonggol talas dibalik rimbunan daun talas, Kedasih tampak menangis menahan isak agar keberadaan dan suaranya tidak diketahui ayah dan Ibu prenjak...

 “Kedasiiiiiiiihh.. di mana kamu naakk.. bapak minta maaf.. keluarlah nak.. Bapak janji tidak akan memarahimu lagi” berulang kata-kata itu diucapkan Prenjak jantan yang terus menerus mencari Kedasih.

Merasa tidak tahan dan kasihan dengan Prenjak Jantan ayahnya.. Kedasihpun keluar dari tempat persembunyiannya..

 “Ayaah.. Kedasih di sini”
Mendengar suara Kedasih Prenjak jantan langsung melesat ke arah datangnya suara..
 “Kedasih.. kau kah itu?”
“ Iya Ayah.. ini Kedasih.. maafin Kedasih Yah.. Kedasih telah mengecewakan Ayah “
“Tidak Kedasih.. Ayah yang minta maaf, Ayah telah membuat kamu sedih dan merasa bersalah”

Setelah pertemuan itu, merekapun hidup bahagia, Kedasih tumbuh jadi burung yang cantik dan bersih, Prenjak selalu mengajarkan kepada Kedasih untuk belajar membuat sarang, dan mengajarinya bagaimana cara mengerami telur dan merawat anak-anaknya dengan baik.

Mudah-mudahan pesan bijaksana prenjak ini selalu di ingat-ingat oleh Kedasih, agar tidak lagi merepotkan burung-burung lain yang dititipi telurnya dan berusaha belajar mengerami serta merawat anaknya sendiri.

Cerita ini terinspirasi dari dua ekor prenjak yang lagi momong anak kedasih di kebun pinggir danau, obrolan yang terjadi dalam cerita ini adalah ngibul dan seratus persen bohong.. hehe..

No comments:

Cintaku Bersemi di Balik Jeruji Kandang #part 10

Ketika Sogon membuka matanya, ia justru melihat Kacer mulai sadarkan diri, berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya ke rimbunan daun yang t...