Cintaku Bersemi di Balik Jeruji Kandang

Minggu pagi ketika udara sudah mulai hangat, tampak empat ekor burung saling diam di dalam sangkarnya masing-masing, tak ada suara dan tak ada percakapan diantara mereka, mereka sepertinya sedang asyik melamun merenungi nasibnya di balik jeruji kandang sambil merasakan kandangnya bergelanyut di kawat cantol di sebuah pohon ceri, kecuali si Suren yang dari sejak digantang sibuk nyari ulat hongkong yang jatuh disela-sela Eenya di dasar kandang.

Keheningan tiba tiba buyar ketika datang warga baru di sebuah kandang jati ukir yang digantang disela-sela mereka. Seekor burung cantik, berbulu kuning langsat, bertubuh panjang, padat dan berisi.

“wow.. ini baru motor gede” celetuk kacer sambil pindah tangkringan atas merapat ke pinggir jeruji

“dulu juga ada bro.. jauh lebih cantik dari yang satu ini.. tapi sekarang entah pindah kemana” sahut Cerucuk sambil menatap kearah pendatang baru, tak bisa ditutup-tutupi, raut muka cerucuk tiba-tiba berubah tampak sendu seperti ingat masa lalu yang menyedihkan, ia alihkan dengan pura-pura mematuk buah pisang di kawat cantol di tepi kandang. Entah karena apa, ia salah mematuk-matuk bonggol buah pisang, sehingga tak ada secuilpun pisang di paruhnya, hal ini menyebabkan gelak tawa teman senasib dan seperjuangannya Kacer, Ijo, dan Suren.

“Hey semua... kenalin namaku Lina Kepudang” suara lembut yang seketika menghentikan gelak tawa mereka.

“emejing” suren menoleh dari dasar kandang yang kemudian sibuk nyari ulet hongkongnya kembali.

“Cuk.. boleh tuh cuk.. hahaha… siapa tau memang kepudang itu jodohmu” suara Ijo sedikit berteriak sambil mendekat ke jeruji dekat kandang cerucuk.

“ga ah Jo.. aku takut masa laluku terungkit kembali.. aku takut kecewa yang kedua kali”

“coba dulu Cuk.. siapa tau manusia itu memang sengaja mengirim jodohmu kembali”

“Jangan-jangan dia itu Beti Kepodang pacarmu dulu cuk.. dia habis operasi plastik, tp mungkin kurang sempurna jadi kurang begitu cantik.. hehe..” suara suren sambil menggondol cuilan Eenya ke dalam air minumnya.

“Suren.. lu jorok amat sih.. Ee sendiri diseduh di air minum” tegur kacer sambil melet karena jijik

“ Kalo kamu sudah merasakan sendiri, kamu pasti akan ketagihan.. rasanya gimana gitu.. agak asem-asem manis”

“hoeekkk.. ogah amat ren.. mendingan gw seharian gak minum, kalo harus minum seduhan Ee.. apalagi minum seduhan Eemu.. “

“Tau tuh.. kebiasaan jorok gak sembuh-sembuh” kata ijo sambil melompat pindah tangkringan.

“ehhh .. kok aku dicuekin sih… “ protes Lina Kepodang

“oya maaf.. Siapa tadi namamu, Rina ya”

“Lina.. kamu pasti Kacer ya kan? Bulumu unik, seperti ada kekuatan hukumnya”

“kekuatan hukum dari mana “ sahut ijo penasaran

“ lha itu.. ada hitam di atas putih”

“hahaha bisa aja lu neng” sahut kacer ketawa sambil merapikan bulunya, Agak GR sebenarnya si kacer dipuji sambil dicandain Lina.

Sementara itu di bawah kandang terlihat dua sosok yang selama ini ditakuti Lina Kepudang, tampak sesekali dari mulut kedua sosok itu mengeluarkan asap putih, tangan memegang sebuah tempat berisi air berwarna hitam. Sayup terdengar suara tampak seperti percakapan yang Lina dan teman barunya tidak tahu artinya.

“Eh.. bro kuwi nek manuk kepudangku dimaster karo suara cak ijo, kiro2 iso mlebu ra yo”

“ra ngerti bro.. rung tau njajal, tapi cobanen wae sopo ngerti iso mlebu, lumayan kepudang rasa cucak ijo.. tapi ngomong-ngomong kuwi kepudangmu emang lanang”

“ ra ngerti aku bro.. jare bakule lanang, aku ra ngerti piye bedane lanang mbek wedok ”

“nek seko wulu emang rodo susah bro, mirip kabeh, tapi nek diraba supit urange luwih gampang le mbedakne, lha wes jajal diraba rung supit urange?”

“urung bro.. jal mbok rabanen”

“yo sek tak cekele”

Lina kepudang mendadak grubag-grubug, terbang menabrak jejuri kandang sambil berteriak-teriak meminta tolong. Kacer, Ijo, Suren dan Cerucuk hanya bisa diam melihat kedua tangan manusia itu berhasil menangkap Lina Kepudang. Sekuat tenaga Lina berontak berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman manusia, tapi tangan manusia itu terlalu kuat memegang tubuh Lina Kepudang.

Lina seketika menjerit sekuat tenaga ketika bagian bawah kloakanya di raba-raba dan sedikit ditekan-tekan oleh manusia tersebut. Semakin Lina berontak semakin erat manusia itu mencengkeram tubuh Lina, Lina akhirnya pasrah sambil menangis, sedih dan menahan malu karena merasa diperlakukan tidak senonoh dihadapan teman barunya.

Beberapa kali manusia itu melakukan hal yang sama meraba dan menekan bagian kloakanya, hingga terdengar suara

“Weh.. wedok bro kepudangmu”

“Wedok? Banjindul ki kapusan tukang manuk, jare lanang jebule wedok”

“ glo nek ra percoyo rabanen dewe, nek wedok renggang supit urange”

Kembali Lina berteriak karena mengalami hal yang serupa dilakukan oleh manusia yang satunya. Kali ini Lina berteriak sangat keras karena manusia yang satu ini menekan bagian kloakanya terlalu keras, sehingga Lina merasa perutnya sakit dan sesak nafas.

“Ojo kenceng-kenceng mbul le neken.. mati ngko manukmu”

“hehe.. rung tau aku bro.. belah endi tho?”

“glo kene iki lho.. sing mbuk tunyuk”

“ooo.. ngene iki tho nek wedok”

Lina melompat dan menangis dipojok kandang ketika manusia itu memasukannya kembali ke dalam kandang, spontan Kacer, Ijo, Suren dan cerucuk mendekat memberi perhatian.

“Kamu gak papa Lin.. ?” suara cerucuk pelan tepat di depan Lina Kepudang

“Aku malu mas, setelah apa yang dilakukan oleh manusia itu terhadapku, mereka dengan seenaknya melakukan itu dihadapan kalian. Mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan”

“sudahlah Lin.. kami tidak akan membahas masalah ini.. lupakan saja, toh kamu tidak apa-apa”

“Tidak semudah itu mas, aku masih takut”

“Andai aku didekatmu Lin, ingin rasanya aku memelukmu “gumam cecuruk dalam hati.

klik To be continue… untuk melanjutkan :)

No comments:

Cintaku Bersemi di Balik Jeruji Kandang #part 10

Ketika Sogon membuka matanya, ia justru melihat Kacer mulai sadarkan diri, berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya ke rimbunan daun yang t...